Adasebanyak 7 ribu tiket dengan harga khusus, yakni KA kelas eksekutif hanya dengan tarif Rp 170.000, bisnis hanya Rp 77.000, dan ekonomi hanya Rp 17.000 untuk KA-KA yang ditentukan. Promo tiket
Beberapa hari lalu, saya iseng membuka hardisk dan membongkar foto-foto lawas di dalamnya. Di salah satu folder yang dibuat tahun 2010, saya menemukan foto sesosok anak kelas dua SMA yang sedang duduk di atas kereta api Lodaya tujuan Solobalapan. Si anak itu tidak sedang hendak pergi ke Solo, dia cuma iseng jalan-jalan kala malam ke stasiun dan numpang foto. Dan…anak itu ialah saya sendiri. Melihat foto diri sendiri di atas kereta Lodaya membangkitkan kembali romansa akan kereta bisnis. Sejak saya kecil, kereta kelas dua ini adalah layanan yang paling dibanggakan oleh keluarga. Ibu saya berasal dari Jombang. Hingga tahun 2010 kami masih sering pulang kampung ke sana setiap dua atau tiga tahun sekali. Dari Bandung kami selalu naik kereta api Mutiara Selatan yang rangkaiannya full bisnis. Betapa bahagianya saya setiap kali bepergian ke sana. Perjalanan 12 jam lebih Bandung-Jombang dirasa terlalu sebentar. Sebelum kelas ekonomi dengan embel-embel premium menjamur seperti sekarang ini, dulu layanan kelas kereta api hanya ada tiga dengan pembagian yang jelas. Kelas pertama adalah kelas eksekutif yang keretanya menggunakan pendingin udara dan kursinya bisa diatur sandarannya. Kelas kedua adalah kelas bisnis yang kapasitasnya 64 penumpang, kursi menghadap ke satu arah, tapi tak bisa diatur sandarannya. Dan, kelas terendah adalah kelas ekonomi yang kursinya berhadap-hadapan. Sewaktu saya masih duduk di bangku TK, ibu pernah membawa saya pulang ke Jombang untuk mengurusi upacara pemakaman ayahnya. Keluarga kami kala itu belum termasuk golongan mampu secara ekonomi, jadi layanan kereta yang dipilih adalah kereta dengan tarif termurah. Ibu bertutur kalau kami naik KA Pasundan yang berangkat dari Kiaracondong. “Aduh, kalau inget dulu, capek banget naik kereta. Kamu masih kecil. Kereta berangkat dari pagi. Baru sampai di Jombang hampir pagi besoknya. Kereta berhenti hampir di tiap stasiun. Panas. Malam di dalam kereta juga gelap. Untung kamu gak rewel,” kata ibu menostalgiakan nestapa naik kereta kelas termurah. Atas pertimbangan itulah maka di tahun 2004, kala kami hendak pergi lagi ke Jombang, ibu memilih naik Mutiara Selatan. Kelas bisnis dirasa lebih nyaman dengan posisi kursi yang tidak berhadap-hadapan. Tapi, sistem kereta api pada masa itu belumlah seapik sekarang. Meski kapasitas per kereta bisnis adalah 64 orang, tapi penumpang masih bisa membeli tiket berdiri alias tanpa tempat duduk. Di tahun 2007 saya dan ibu pernah jadi penumpang dengan tiket berdiri. Sepanjang perjalanan Bandung sampai Jombang, saya ingat saya tidur di bordes, di depan toilet. Bau dan panas. Tapi entah mengapa, terasa menyenangkan. Yang tak lagi ditemui di kereta masa kini Kereta Mutiara Selatan berangkat dari Bandung ke arah timur sekitar jam 4 hingga 5 sore. Saya selalu duduk di samping kaca, memelototi sawah-sawah yang menghampar dari lepas Kiaracondong sampai Cicalengka. Memasuki Nagreg, biasanya langit sudah gelap dan tak ada lagi yang bisa dilihat dari balik jendela. Penumpang mulai beraksi. Perjalanan ke arah timur ini hitungannya perjalanan panjang, di atas 8 jam. Penumpang-penumpang mulai menggelar koran dan tumbang di lantai kereta, termasuk ibu saya. Sementara saya tidur di kursi, dia memilih tidur di lantai. Saat kereta tiba di Stasiun Cipeundeuy, sekitar jam 8 malam, suasana mendadak riuh. Puluhan pedagang asongan yang menjajakan segala hal, mulai dari gorengan, aqua, mijon, pokari, pop-mie, pecel, hingga aneka oleh-oleh tumpah ruah ke dalam kereta. Mereka berjalan dari kereta paling awal ke yang paling ekor. Hebatnya, penumpang yang tidur di lantai acuh tak acuh. Mereka pulas-pulas saja dengan tubuh yang menghalangi jalan. Sementara itu dari balik jendela, bocah-bocah sekitar stasiun mengetuk-ngetuk kaca. Mereka mengemis meminta uang receh dari penumpang. Kadang ibu suka melemparkan koin dari kaca atas yang bisa dibuka. Oh ya, untuk perjalanan malam naik kereta, ibu selalu meminta saya waspada tiap kali kereta berhenti di Stasiun Cipeundeuy dan Gombong. Katanya sering ada pencopet yang ikut masuk bersama pedagang. Siapa penumpang yang lengah, dia yang jadi korban. Interior kereta bisnis di awal tahun 2014, sudah menggunakan AC split. Bersama Johannes, di atas KA Lodaya menuju Yogyakarta. Masih tampak tombol pemutar kipas angin di samping kaca atas jendela, meskipun saat itu di tahun 2014 kereta sudah menggunakan AC split. Tahun 2014 pedagang tidak boleh lagi naik ke dalam kereta, tapi masih boleh berjualan hingga ke bordes. Paling menyenangkan adalah kalau kereta berhenti di Stasiun Sidareja atau Kroya, ada pecel enak di sini. Mengenai ketepatan waktu, kala itu saya berani berkata kereta api sangat tidak ontime. Di perjalanan saya naik Mutiara Selatan tahun 2004, kereta sempat tertahan dua setengah jam di jalur menanjak sebelum Stasiun Cipeundeuy. Dan, di perjalanan-perjalanan selanjutnya, jadwal tiba yang tertera di tiket seringkali meleset daripada kenyataannya. Protes? Rasanya jarang mendengar protes serius dari penumpang terkait keterlambatan itu, mungkin sudah pada maklum. Saya bersyukur keadaan kereta api kala ini sangat jauh lebih baik. Namun, segala keruwetan kereta api kala dulu rupanya jadi kenangan yang manis, yang unik, dan menimbulkan rasa kangen untuk dikenang, bukan untuk diwujudkan kembali keruwetannya. Spesifikasi kereta kelas bisnis Kereta kelas bisnis pada mulanya bukanlah kereta yang dilengkapi pendingin udara. Untuk menyejukkan udara, dipasang kipas angin yang bisa melenggok-lenggok di atapnya. Kaca bagian atas jendela juga bisa dibuka dengan cara memutar tuas, mirip seperti tuas pembuka kaca di taksi lawas. Tanpa ac, banyak penumpang yang merokok sepanjang perjalanan. Seisi kereta penuh asap. Protes? Lagi-lagi tidak, penumpang sudah paham, maklum, atau mungkin juga pasrah. Kereta bisnis umumnya merupakan kereta dengan satu rangkaian sendiri, seperti KA Mutiara Selatan, Jayabaya Selatan, Bangunkarta, dan sebagainya KA-KA ini sekarang sudah bertransformasi. Kereta-kereta bisnis yang sampai sekarang bisa kita jumpai umumnya diproduksi pada tahun 1978, 1982, dan 1986. Kereta bisnis yang paling tua adalah produksi tahun 1964. Kebanyakan yang usianya di atas 50 tahun sekarang sudah diistirahatkan. Dari segi interior, kereta bisnis menggunakan kursi non-reclining yang bisa dibolak-balik sandarannya sesuai dengan arah laju kereta. Satu kereta bisa mengangkut 64 penumpang, 14 orang lebih banyak dibandingkan KA Eksekutif. Dan, yang paling juara dari kelas bisnis adalah leg-room yang lega plus sensai njot-njotannya terasa empuk. Kecepatan maksimum yang bisa ditempub oleh rangkaian bisnis adalah 100 km/jam. Menikmati teh panas di atas KA Lodaya tahun 2014 Bye-bye to kereta kelas bisnis Pada tahun 2016, PT. KAI meluncurkan kereta-kereta baru sebagai langkah untuk meremajakan kereta angkatan lawas. Ada rangkaian eksekutif dan ekonomi yang secara estetika tampak elegan. Kelas ekonomi yang digarap ini berkapasitas 80 penumpang dan ditujukan untuk menggantikan rangkaian bisnis. Tak lama setelah diluncurkan, kereta-kereta bisnis pun diujicoba untuk diganti. Ada KA Mutiara Selatan, Fajar/Senja Utama Yogya yang dijadikan kelinci percobaan. Setelah beberapa waktu, hasilnya zonk. Penumpang protes dan minta kereta dikembalikan ke rangkaian bisnis. Kereta ekonomi 2016, meski secara penampilan tampak ciamik, tapi menyiksa penumpang. Jarak antar kursi sempit dan sandaran kursi tegak. Perjalanan di atas 3 jam membuat penumpang amat tidak nyaman. Tahun 2018, PT. KAI kembali mengeluarkan kereta terbaru, kali ini adalah ekonomi premium 2018 yang menggunakan bodi stainless. Secara umum, kereta ini lebih tampak nyaman dan elegan. Hanya, jarak antar kursi masih lumayan sempit, dan posisi kursi tak lagi seperti kelas bisnis yang bisa disesuaikan dengan arah lajunya kereta. Dengan keluarnya trainset-trainset 2018 baru ini, semakin dekatlah kesudahan dari kereta-kereta kelas bisnis. KA Lodaya yang dulunya merupakan KA campuran Eks-Bisnis, sekarang menjadi Eks-Eko Premium, demikian juga dengan Harina, Senja Utama Solo, dan Sawunggalih. Kereta bisnis turun status, menjadi ekonomi. Tapi, ada pula KA Kutojaya Utara yang dulunya menggunakan kereta ekonomi K3 kapasitas 106 penumpang naik status menjadi Ekonomi Premium. Namun….harga tiketnya juga ikut naik. Zaman berubah, waktu terus berganti. Yang dulu muda, kini jadi tua. Tiada yang bertahan selamanya. Semua ada waktunya. Tak dipungkiri kereta-kereta bisnis pun usianya merangkak naik. Beberapa sudah tak layak jalan, sementara sisanya masih bisa diperbaharui sedikit-sedikit. Sekarang, di Jawa, rangkaian kereta api yang masih menggunakan full kelas bisnis hanyalah KA Fajar dan Senja Utama Yogyakarta saja. Dan, rangkaian yang masih menggunakan kombinasi dengan kelas bisnis adalah KA Mutiara Selatan, Mutiara Timur, Gumarang, Malabar, dan Ranggajati. Matur nuwun, kelas bisnis yang telah mewarnai masa-masa awal perjalanan saya dengan kereta api. Kalau teman-teman pembaca sekalian, adakah kesan yang pernah dilewatkan dari perjalanan dengan kereta kelas bisnis? Di atas rangkain ekonomi premium keluaran tahun 2017
Еሎዣприփዚտу իςа
ሴщурի оςዊвէξ
Бጢቷаξ ቾиσат
Егեрсጀчሢ иշաтв удазвοриտе
Сጴбринሆշը ср ищէሺራχ
Проврυсюча ሏвсիбарኺհ
ሏሩψθрсаг уመеղուцю псал
Псዊ ыжխյаչ
Слխфусаሌе գуνօյθ
Γусաвс ψеֆ
Чяռጲзвэ ፑ
Սጅщаጺጁзиծ уτ
Promoini berlaku di beberapa rute antara lain Jakarta ke Yogyakarta dengan KA Gaya Baru Malam Selatan kelas Eksekutif dari Rp340.000 menjadi Rp136.000, lalu rute Bandung ke Yogyakarta dengan KA Lodaya kelas Eksekutif dari Rp260.000 menjadi Rp104.000, rute Jakarta ke Surabaya dengan KA Gumarang kelas Bisnis dari Rp240.000 menjadi Rp96.000, serta berbagai rute-rute lainnya.
Informasi tentang KA LodayaKereta Api Lodaya perjalanan antara Bandung BD dan Solo SLO. Kereta apa ini juga dikenal seperti Lodaya Priority, Lodaya Malam, Lodaya Pagi. Kereta Api Lodaya merupakan kereta api yang melayani jurusan Solo Balapan-Bandung dan sebaliknya. Awal keberadaan KA Lodaya berasal dari KA Pajajaran/ Senja Mataram yang diluncurkan pada tanggal 11 Maret 1992 dimana pada waktu itu hanya melayani jurusan Yogyakarta-Bandung. Namun pada tanggal 1 September 1992 pelayanan jurusannya diperluas menjadi Solo-Bandung. KA Pajajaran/Senja Mataram berubah nama menjadi KA Lodaya setelah dilakukan peremajaan kereta api pada tanggal 2 Mei 2000 dengan melakukan perjalanan bolak balik Solo-Bandung pada pagi dan malam hari dengan kereta yang dengan meningkatnya jumlah peminat kereta api jurusan Solo-Bandung dan sebaliknya, maka pada bulan Oktober 2006 diluncurkan KA Lodaya II yang melayani jurusan tersebut pada malam hari, berkebalikan dengan jadwal jurusan yang dimiliki oleh KA Lodaya I. Akhirnya KA Lodaya II dikenal dengan nama KA Lodaya hingga sekarang ini. Kereta api ini menempuh perjalanan sejauh 447 km yang ditempuh selama sekitar 8 jam 30 menit dengan nomor kereta 67 dan 68. Selama dalam perjalanannya, KA Lodaya akan berhenti di beberapa stasiun Cikudapateuh, Kiaracondong, Cipeundeuy, Tasikmalaya, Banjar, Karanganyar, Kebumen, Kutoarjo, Yogyakarta dan Klaten. Terdapat kelas eksekutif dan bisnis dalam satu rangkaian KA Lodaya. Nama kereta api ini diambil dari salah satu cerita rakyat di Tatar Sunda, yaitu Macan Lodaya yang berupa penjelmaan Prabu Siliwangi saat berhadapan dengan putranya yang bernama Raden Kian Santang.
KeretaApi Lodaya Malam merupakan kereta api yang melayani jurusan sama dengan KA Lodaya Pagi, yaitu Solo Balapan-Bandung dan sebaliknya namun perjalanan dilakukan pada malam hari. Terdapat kelas eksekutif dan bisnis dalam satu rangkaian KA Lodaya Malam. Nama kereta api ini diambil dari salah satu cerita rakyat di Tatar Sunda, yaitu Macan
Kereta Api Lodaya Kereta Api Lodaya adalah transportasi massal berbasis rel yang dihadirkan PT. Kereta Api indonesia Persero untuk melayani perjalanan lintas Bandung-Solo. Dalam operasionalnya, kereta api ini termasuk kereta kelas campuran yang terdiri dari kelas Bisnis dan Eksekutif. Kereta dalam pengelolaan Daerah Operasi 2 Bandung ini menghubungkan ke dua kota besar tersebut melalui Stasiun Bandung Hall dan Stasiun Solo perdana pada 11 Maret 1992, KA Lodaya di usianya yang ke 25 tahun ini melayani perjalanan lintas provinsi dengan total jarak tempuh 447 kilometer sekali jalan. KA Lodaya akan menempuh jarak tersebut dengan kecepatan rata-rata 60-100 km per jam, sehingga perjalanan kereta akan memakan waktu sekitar 8,5-9 jam. Kereta satu ini biasanya berangkat dua kali dari Stasiun Hall Bandung dan dua kali dari Stasiun Solo Balapan. Keberangkatan dari Stasiun Hall Bandung untuk KA Lodaya Pagi tersedia pukul dan untuk KA Lodaya Malam tersedia pukul Sementara itu, untuk keberangkatan dari Stasiun Solo Balapan, KA Lodaya Pagi tersedia pukul dan KA Lodaya malam tersedia pukul perjalanan dari Kota Bandung menuju Kota Solo, atau sebaliknya, KA Lodaya akan berhenti di beberapa stasiun. Adapun stasiun perhentian tersebut utamanya adalah Stasiun Hall Bandung, Stasiun Kiaracondong, Stasiun Cipeundeuy, Stasiun Tasikmalaya, Stasiun Banjar, Stasiun Sidareja, Stasiun Maos, Stasiun Gombong, Stasiun Kebumen, Stasiun Kutoarjo, Stasiun Wates, Stasiun Kutoarjo, dan Stasiun Solo fasilitas, KA Lodaya menyediakan fasilitas sesuai dengan kelas penumpangnya. Fasilitas utama yang tersedia di seluruh kelas adalah AC, toilet, colokan listrik, meja kecil, dan TV. Khusus kelas Eksekutif, tempat duduknya tersedia lebih nyaman dengan bahan sofa yang empuk, sandaran punggung yang dapat diatur, posisi yang dapat diputar, dan pijakan kaki. Kelas Eksekutif juga menyediakan selimut dan bantal langsung di tempat duduknya. Lebih jauh, layanan makan tersedia di dalam kereta dan dapat Anda akses dari tempat duduk melalui bantuan pramugara/pramugari kereta, maupun secara khusus pada kereta harga tiket yang perlu Anda bayar untuk dapat menikmati layanan ini berkisar antara per penumpang kelas Bisnis dan per penumpang kelas Eksekutif. Besaran harga tiket ini menyesuaikan pada subkelas atau posisi tempat duduk di dalam kereta, waktu pemesanan tiket, dan waktu keberangkatan kereta api. Jadwal Kereta Api Lodaya Solo - Bandung Nomor Kereta Api 79 StasiunKedatanganKeberangkatanSolo Kereta Api Lodaya Bandung - Solo Nomor Kereta Api 80 StasiunK Menarik tentang Kereta Api Lodaya Asal namaNama Lodaya memiliki 2 asal-usul. Asal-usul pertama erat kaitannya dengan cerita rakyat di Tatar Sunda. Dalam cerita tersebut, terdapat tokoh Macan Lodaya yang diyakini sebagai jelmaan Prabu Siliwangi saat berhadapan dengan Raden Kian Santang, anaknya. Versi lain asal-usul nama kereta ini berkaitan dengan gejala bahasa. Adapun nama Lodaya konon berasal dari singkatan dua kota dalam relasi kereta ini, yaitu Solo-Bandung Raya Lodaya.Sejarah keretaPeluncuran perdana KA Lodaya berlangsung pada 11 Maret 1992. Kala itu, kereta menggunakan nama KA Padjajaran/Senja Mataram dan secara khusus melayani relasi Bandung-Yogyakarta. Memasuki bulan September 1992, layanan rute diperpanjang menjadi Bandung-Solo. Sejak 2 Mei 2000, PT KAI Persero melakukan peremajaan terhadap rangkaian kereta dan mengubah namanya menjadi KA kereta KA Lodaya saat ini menggunakan Lokomotif CC206 untuk menarik rangkaiannya. Sebelum menggunakan lokomotif tersebut, KA Lodaya pernah menggunakan Lokomotif CC201, CC203, dan CC204. Adapun rangkaian terkini KA Lodaya terdiri atas satu lokomotif, satu kereta pembangkit, empat kereta eksekutif satu kereta berkapasitas 50 tempat duduk, satu kereta makan pembangkit, dan empat kereta bisnis satu kereta berkapasitas 64 tempat duduk.
HargaTiket Kereta Api Lodaya. Tiket KA Lodaya normal mulai dari kelas ekonomi premium. Sedangkan kelas eksekutif 340.000 - 470.000. Tiket tergantung hari weekday atau weekend. Kalau weekend kena harga tertinggi. Tiket KA Lodaya lebaran kelas ekonomi 430.000, kelas eksekutif 540.000. KA Lodaya kelas ekonomi formasi tempat
Merdeka.com - PT Kereta Api Indonesia (Persero) menghadirkan program Promo Merdeka di mana masyarakat dapat membeli 7.000 tiket kereta api dengan harga khusus pada perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) RI ke-77. KAI menjual tiket KA kelas eksekutif dengan tarif Rp170.000, bisnis hanya Rp77.000, dan ekonomi hanya Rp17.000 untuk beberapa kereta api yang ditentukan.
JAKARTA PT Kereta Api Indonesia (Persero) tebar tarif promo untuk 7.000 tiket selama periode 7-17 Agustus 2022. Selama periode promo, masyarakat dapat membeli tiket kereta api kelas eksekutif hanya dengan Rp 170.000, kelas bisnis hanya Rp 77.000, dan kelas ekonomi hanya Rp 17.000 untuk rute tertentu.
Selamapriode diskon, PT KAI menjual tiket kereta api dengan harga Rp17 ribu untuk kereta kelas ekonomi, kelas bisnis Rp77 ribu, dan kelas eksekutif Rp170 ribu. Syarat dan ketentuan program Promo
KALodaya pagi dan KA Lodaya malam adalah kereta tujuan ke Yogyakarta dan Solo, dengan gerbong bisnis dan eksekutif. Untuk kereta Pasundan di kelas ekonomi akan melaju dari Bandung sampai Surabaya. Baca: Disnaker Kota Bandung Segera Buka Pos Pengaduan THR. Sedangkan Kurtojaya Selatan berangkat dari Stasiun Kiaracondong dengan tujuan akhir di
Adapunharga tiket yang perlu Anda bayar untuk dapat menikmati layanan ini berkisar antara Rp140.000-Rp215.000 per penumpang kelas Bisnis dan Rp230.000-Rp320.000 per penumpang kelas Eksekutif. Besaran harga tiket ini menyesuaikan pada subkelas atau posisi tempat duduk di dalam kereta, waktu pemesanan tiket, dan waktu keberangkatan kereta api.